Salah satu surat kabar memberitakan bahwa lulusan SMA di
Indonesia 60% melanjutkan study di Perguruan Tinggi sementara 40% nya mencari
kerja, menikah dan menjadi pengangguran. Lulusan SMK 8% melanjutkan kuliah di
Perguruan Tinggi, sementara 92% nya mencari kerja, menikah dan menjadi
pengangguran. Fakta yang tak dapat dianggap sepele
karena ini salah satu persoalan bangsa terkait dengan kesediaan lanpangan
kerja.
Indonesia tidak kekurangan tenaga terampil karena setiap
tahun lulusan SMK jumlahnya cukup fantastik tetapi kekurangan praktisi kewirausahaan. Masalahnya kesediaan lapangan
kerja sangat tidak seimbang dibanding dengan jumlah tenaga kerja yang membeludak setiap
tahunnya. Oleh karena itu tidak heran jika Indonesia termasuk pengeksport tenaga
kerja paling besar di dunia. Persoalan ini akan terus menjadi beban pemerintah
dan bangsa. Angka kejahatan akan terus meningkat, kenakalan remaja akan semakin
besar. Pengangguran pasti menjadi salah satu pemicu, di samping budaya global
dan hebatnya generasi digital yang semakin menyuburkan kenakalan remaja yang
sudah pasti tidak mudah dikendalikan.
Dalam rangka memberikan kontribusi yang nyata atas persoalan
bangsa yang serius ini SMA Kristen Dian Sakti bertekad memulai langkah kecil untuk
berwirausaha di lingkup sekolah. Hal itu karena Dian Sakti merupakan lembaga
pendidikan yang menyadari pentingnya entrepreneur
(kewirausahaan) diajarkan dan dipraktikkan di Sekolah. Hal ini selaras dengan arahan dalam Sistem
Pendidikan Nasional. Memang tak mungkin dapat
serta merta member jawaban atas persoalan besar bangsa ini terkait dengan
ketidakseimbangan ketersediaan tenaga kerja dan kurangnya lapangan kerja. Namun
langkah kecil lebih bernilai dari pada hanya bermimpi besar. Para orang tua dan wali murid yang menyekolahkan
putra putrinya di SMA Kristen Dian Sakti suatu hari akan menikmati buah dari
entrepreneurship di lingkup sekolah. Memang tidak semua anak memiliki minat
terhadap entrepreunership, tetapi mereka yang terlatih akan membentuk jiwa
kewirausahaan itu kelak ketika mereka didesak oleh kebutuhan.
Terhitung mulai awal Juni 2015 ini Dian Sakti mempersiapkan
mentor yang mau bekerja dari nol. Menciptakan manajemen-nya dan membuat
sistemnya. Kini anak-anak yang berasrama akan menjadi murid-murid yang pertama
untuk dilatih secara sederhana tentang kewirausahaan. Bukan pekerjaan mudah,
karena input anak-anak asrama hampir semua belum terbiasa bekerja. Mereka hanya
tahu sekolah, belajar, kerja praktis untuk dirinya sendiri. Ke depan mereka
akan terbiasa untuk hal baru, yaitu menggunakan waktu-waktu luang mereka untuk
bekerja menghasilkan uang.
Jika menengah diberi muatan entrepreneur dalam kurikulum dan
didasarkan pada pendidikan karakter, maka hasilnya akan lebih berhasil guna. Anak-anak didik tidak hanya berprestasi dalam
akademisnya, tetapi juga sikap dan jiwa kewirausahaannya.
Akhirnya, kami keluarga besar Dian Sakti memohon dukungan
dari para orang tua dan wali, bahkan masyarakat luas yang tinggal di seputar
Kecamatan Kesamben dan sekitarnya untuk mendorong putra putrinya,
tetangga-tetangganya yang usia sekolah untuk tidak ragu lagi mendaftarkan mereka di SMP-SMA
Kristen Dian Sakti. Mereka yang mengalami kesulitan biaya kami akan berusaha
untuk membantu mereka. Sekolah bukan saja memperoleh ilmu (kognitif), tetapi juga sikap (etitude),
dan kewirausahaan (entrepreneurship).




